Sejarah Siranti Bongas Kec. Watukumpul Kab. Pemalang Jawa Tengah
![]() |
Sejarah Siranti Bongas Watukumpul Pemalang Asal Gambar : wajageseng.sideka.id |
bongas-watukumpul - Desa yang indah terletak di lereng-lereng bukit tanah yang berbukit-bukit,rumah penduduk pun terletak di tepi-tepi jalan.
Desa Langen Sari ( Siranti ) yang terkenal saat ini,tetapi dahulu namanya Langen Sari.
Sejarahnya ada seorang nenek-nenek yang panggilannya nenek langen sari yang datang ke Desa yang sekarang di sebut Siranti.
Nenek tersebut kehilangan lari ( Jejak Pulang ),akhirnya nenek tersebut hilang tanpa jejak di sebuah candi. Sejak itulah para penduduk menyebutnya Desa Langen Sari.
Nenek Langen Sari berasal dari Desa Bongas,entah dengan tujuan apa nenek tersebut datang ke situ.
Konon katanya yang di sebut siranti itu komplek masjid ke timur ( Dari Komplek Masjid Sirojul Huda ) sampai perbatasan igir wuni yang dulu di sebut tandon (Sawah),yang sekarang menjadi pemukiman bencana longsor di komplek Rawai ( Komplek Mushola ).
Entah siapa yang membuka tanah yang dahulunya hutan belantara dan terdapat sebuah candi.
Sebagian penduduk desa ini adalah Nini Dasem,Mbah Sura,Mbah Bayan,yang terlacak oleh saksi sejarah.
Candi di gempur menjadi sebuah tempat peribadatan ( Mushola ),yang sekarang menjadi Masjid Sirojul Huda.
Pada masa itu para penduduk sudah memeluk agama Islam,dan Mushola di bangun sekitar tahun 67'an.
Orang yang menjadi imam mushola pada saat itu adalah Mbah Mali Orang Bongas (Nama Panggilan Red ). Pada saat itu Mbah Mali tinggal di dukuh lor,yang sekarang di tempati oleh bpk.Nasihin.
Mbah Mursid,Mbah Narto asalnya orang Bongas yang menikah dengan penduduk Langen Sari.
Pada saat itu mushola masih memakai papan,dan beratap daun alang-alang,bangunan pun tidak bertahan lama,akhirnya para penduduk pun memiliki keinginan agar tempat ibadahnya nyaman dan khusuk dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Akhirnya Mbah Sunari berunding dengan Mbah Marno dan para penduduk,untuk membangun Mushola yang permanen ( Di Gedong Red ).
Setelah di adakan rapat dan di setujui,di bangunlah Mushola dengan dana iuran para penduduk,pada saat itu toko material masih sangat jauh,yaitu di Randudongkal,dan transportasi belum sampai Siranti tentunya hanya sampai ke Cikadu.
Para penduduk mengambil material dari Cikadu,di bawa ke Langen Sari,dengan cara di pikul oleh para warga.
Setelah mushola jadi,para penduduk penuh harap akan datang seorang santri,yang kelak akan menjadi imam mushola dan sekaligus menjadi tokoh agama.
Datangnya Seorang Santri Banyuwangi Dari Desa Tundagan
Tidak lama kemudian,harapan pendudukpun di kabulkan oleh Allah SWT. Datanglah seorang santri banyuwangi dari desa sebelah,yaitu Desa Tundagan.
Namanya Humamudin putra dari Bpk.Harto,yang menikah dengan putri mbah Marno yaitu Warminah.
Pada masa itu masyarakat Langen Sari belum bisa melaksanakan Sholat Jum'at di Langen Sari.
Ketika hari Jum'at, masyarakat melaksanakan Sholat Jum'at secara menyebar,ada yang di Desa Tundagan dan ada pula yang melaksanakan Sholat Jum'at di Desa Bongas.
Setelah penduduk mulai padat, dan di anggap sudah cukup memenuhi syarat dan rukun untuk mendirikan sholat jum'at,akhirnya Ustad Muslim pendatang dari tundagan,yang pada masa itu sudah menetap di Langen Sari ( Siranti Sekarang Red ) berunding dengan Kyai Humamudin yang juga pendatang dari Tundagan.
Ustad Muslim sowan ke gurunya pada saat beliau masih kecil yang di Tundagan yaitu Kyai Ali Muhlisin. Setelah sowan, akhirnya di perbolehkan mendirikan Sholat Jum'at,tepatnya pada Jum'at Kliwon tahun 1967.
Pada saat itulah Kyai Humamudin di angkat menjadi imam,dan ustad Muslim,Mbah Sunari,Pak Nasihun menjadi khotib secara bergantian.
Tidak berselang lama,datanglah Ustad Alinasroh dari Desa Pedagung yang menikah dengan putri mbah sumardi yaitu Tuniah.
Sejak itulah mushola di alih nama menjadi sebuah masjid dengan nama Masjid Jami Sirojul Huda,yang sampai sekarang masih berdiri kokoh.
Berdirinya Madrasah Diniyah Darussalam Siranti
Seiring berkembangnya zaman,penduduk pun semakin banyak,dan kebutuhan akan pendidikan Islam pun semakin tinggi. Dibangunlah sebuah tempat pendidikan yaitu Madrasah Diniyah Darussalam,dari hasil iuran masyarakat.
Adapun yang menjadi pengajar di Madrasah Diniyah Darussalam adalah Kyai Humamudin,Ustad Alinasroh, Ustad Aksin, Ustad Kosim, Ustad Agus, Ustad Kamsirun, Ustad Waryoto dan Ustad Sapangat.
Seiring bergantinya zaman, penduduk Siranti pun semakin padat,Masjid terlihat penuh hingga melebihi kapasitas untuk beribadah. Di bangunlah sebuah masjid di atas tanah seluas 100 M pada tahun 2007.
Masjid di bangun di tempat yang sebelumnya adalah rumah bpk.Suem,Bpk.Narso,Bpk.Jaeni dan Bpk.Karnoto yang di pindah dan di ikut sertakan korban bencana longsor.
Pembangunan masjid dari hasil iuran warga dan di bantu oleh pemerintah,dan masjid lama,sekarang di alihfungsikan menjadi Majlis Ta'lim.
Berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Darussalam Siranti
Pada tahun 2008,di bangunlah sebuah tempat pendidikan umum yang berbasis Islam yaitu Madrasah Ibtidaiyah Darussalam.
Di bangunnya madrasah tersebut di karenakan,tempat pendidikan di SD Negeri 02 Tundagan sudah melebihi kapasitas jumlah pelajar,di samping itu juga kerena para orang tua ingin anaknya mengenyam pendidikan yang berbasis Islam yang lebih dekat.
Dengan adanya MI Darusalam di Langen Sari ( Siranti ),dapat memanfaatkan potensi putra daerah yang sudah mengenyam pendidikan tinggi,sekaligus untuk memancing putra daerah agar mengerti akan pentingnya sebuah pendidikan.
Adapun mata pencaharian penduduk Siranti,ialah bercocok tanam menjadi seorang petani,tetapi karena tanah yang berbukit-bukit,sehingga para petani sangat kesulitan ketika musim kemarau dalam bercocok tanam.
Sembari menunggu padi menguning untuk siap panen,biasanya para penduduk Siranti,baik muda maupun tua pergi merantau untuk mencari penghasilan tambahan selain bertani.
Menurut wawancara kami dengan beberapa penduduk,penghasilan di kampung itu kurang mencukupi,sehingga dengan sedikit terpaksa mencari jalan keluar untuk merantau menjadi pekerja proyek/bangunan. Karena bekerja di bangunan itu lebih menjanjikan daripada hidup di kampung dengan bertani. Ujarnya,
Di sadari atau tidak, penduduk Siranti memiliki tradisi yang lumayan membuat kepala ini menjadi harus terus berfikir bagaimana caranya mendapat uang yang cepat.
Salah satu tradisi yang mendarah daging adalah saat salah seorang penduduk mengadakan khajatan,maka mereka berbondong-bondong menyumbang dengan begitu besar, ada yang sampai 10 juta hanya satu KK.
Selain itu, sumbangan seperti beras,jajanan toko dsb, secara otomatis harus memiliki uang yang banyak,disitulah yang menjadi salah satu faktor mengapa penduduk Siranti lebih suka menghabiskan waktunya di perantauan.
Jakarta,adalah sasaran pertama mereka mengadu nasib.
Sejak tahun 2004 lah putra daerah Siranti mulai sadar akan pentingnya pendidikan tingkat lanjutan pertama (SMP),dulu mereka hanya puas menikmati pendidikan dasar saja (SD).
Maklum, orang tua mereka lebih bangga kalau anaknya bekerja/merantau yang pulang membawa uang.
Karena mereka berpikir "Buat Apa Sekolah, Toh Endingnya Pegang Pacul,Menjadi Petani" . Itulah yang ada di benak pikiran penduduk Siranti.
Adapun aset yang di miliki oleh Desa Siranti,diantaranya ialah :
Penulis : Al-Akhnan Nur Rusman
Pengirim : Al-Akhnan Nur Rusman
Nenek tersebut kehilangan lari ( Jejak Pulang ),akhirnya nenek tersebut hilang tanpa jejak di sebuah candi. Sejak itulah para penduduk menyebutnya Desa Langen Sari.
Nenek Langen Sari berasal dari Desa Bongas,entah dengan tujuan apa nenek tersebut datang ke situ.
Konon katanya yang di sebut siranti itu komplek masjid ke timur ( Dari Komplek Masjid Sirojul Huda ) sampai perbatasan igir wuni yang dulu di sebut tandon (Sawah),yang sekarang menjadi pemukiman bencana longsor di komplek Rawai ( Komplek Mushola ).
Entah siapa yang membuka tanah yang dahulunya hutan belantara dan terdapat sebuah candi.
Sebagian penduduk desa ini adalah Nini Dasem,Mbah Sura,Mbah Bayan,yang terlacak oleh saksi sejarah.
Baca Juga : Bongas Watukumpul Pemalang | Sejarah Dan Asal Usulnya
Baca Juga : Nuansa Jawa Kekinian Di Desa Bongas Watukumpul Pemalang
Baca Juga : Nuansa Jawa Kekinian Di Desa Bongas Watukumpul Pemalang
Candi di gempur menjadi sebuah tempat peribadatan ( Mushola ),yang sekarang menjadi Masjid Sirojul Huda.
Pada masa itu para penduduk sudah memeluk agama Islam,dan Mushola di bangun sekitar tahun 67'an.
Orang yang menjadi imam mushola pada saat itu adalah Mbah Mali Orang Bongas (Nama Panggilan Red ). Pada saat itu Mbah Mali tinggal di dukuh lor,yang sekarang di tempati oleh bpk.Nasihin.
Mbah Mursid,Mbah Narto asalnya orang Bongas yang menikah dengan penduduk Langen Sari.
Pada saat itu mushola masih memakai papan,dan beratap daun alang-alang,bangunan pun tidak bertahan lama,akhirnya para penduduk pun memiliki keinginan agar tempat ibadahnya nyaman dan khusuk dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Akhirnya Mbah Sunari berunding dengan Mbah Marno dan para penduduk,untuk membangun Mushola yang permanen ( Di Gedong Red ).
Setelah di adakan rapat dan di setujui,di bangunlah Mushola dengan dana iuran para penduduk,pada saat itu toko material masih sangat jauh,yaitu di Randudongkal,dan transportasi belum sampai Siranti tentunya hanya sampai ke Cikadu.
Para penduduk mengambil material dari Cikadu,di bawa ke Langen Sari,dengan cara di pikul oleh para warga.
Setelah mushola jadi,para penduduk penuh harap akan datang seorang santri,yang kelak akan menjadi imam mushola dan sekaligus menjadi tokoh agama.
Datangnya Seorang Santri Banyuwangi Dari Desa Tundagan
Tidak lama kemudian,harapan pendudukpun di kabulkan oleh Allah SWT. Datanglah seorang santri banyuwangi dari desa sebelah,yaitu Desa Tundagan.
Namanya Humamudin putra dari Bpk.Harto,yang menikah dengan putri mbah Marno yaitu Warminah.
Pada masa itu masyarakat Langen Sari belum bisa melaksanakan Sholat Jum'at di Langen Sari.
Ketika hari Jum'at, masyarakat melaksanakan Sholat Jum'at secara menyebar,ada yang di Desa Tundagan dan ada pula yang melaksanakan Sholat Jum'at di Desa Bongas.
Setelah penduduk mulai padat, dan di anggap sudah cukup memenuhi syarat dan rukun untuk mendirikan sholat jum'at,akhirnya Ustad Muslim pendatang dari tundagan,yang pada masa itu sudah menetap di Langen Sari ( Siranti Sekarang Red ) berunding dengan Kyai Humamudin yang juga pendatang dari Tundagan.
Ustad Muslim sowan ke gurunya pada saat beliau masih kecil yang di Tundagan yaitu Kyai Ali Muhlisin. Setelah sowan, akhirnya di perbolehkan mendirikan Sholat Jum'at,tepatnya pada Jum'at Kliwon tahun 1967.
Pada saat itulah Kyai Humamudin di angkat menjadi imam,dan ustad Muslim,Mbah Sunari,Pak Nasihun menjadi khotib secara bergantian.
Tidak berselang lama,datanglah Ustad Alinasroh dari Desa Pedagung yang menikah dengan putri mbah sumardi yaitu Tuniah.
Sejak itulah mushola di alih nama menjadi sebuah masjid dengan nama Masjid Jami Sirojul Huda,yang sampai sekarang masih berdiri kokoh.
Berdirinya Madrasah Diniyah Darussalam Siranti
Seiring berkembangnya zaman,penduduk pun semakin banyak,dan kebutuhan akan pendidikan Islam pun semakin tinggi. Dibangunlah sebuah tempat pendidikan yaitu Madrasah Diniyah Darussalam,dari hasil iuran masyarakat.
Adapun yang menjadi pengajar di Madrasah Diniyah Darussalam adalah Kyai Humamudin,Ustad Alinasroh, Ustad Aksin, Ustad Kosim, Ustad Agus, Ustad Kamsirun, Ustad Waryoto dan Ustad Sapangat.
Seiring bergantinya zaman, penduduk Siranti pun semakin padat,Masjid terlihat penuh hingga melebihi kapasitas untuk beribadah. Di bangunlah sebuah masjid di atas tanah seluas 100 M pada tahun 2007.
Masjid di bangun di tempat yang sebelumnya adalah rumah bpk.Suem,Bpk.Narso,Bpk.Jaeni dan Bpk.Karnoto yang di pindah dan di ikut sertakan korban bencana longsor.
Pembangunan masjid dari hasil iuran warga dan di bantu oleh pemerintah,dan masjid lama,sekarang di alihfungsikan menjadi Majlis Ta'lim.
Berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Darussalam Siranti
![]() |
Madrasah Ibtidaiyah Darussalam Siranti |
Pada tahun 2008,di bangunlah sebuah tempat pendidikan umum yang berbasis Islam yaitu Madrasah Ibtidaiyah Darussalam.
Di bangunnya madrasah tersebut di karenakan,tempat pendidikan di SD Negeri 02 Tundagan sudah melebihi kapasitas jumlah pelajar,di samping itu juga kerena para orang tua ingin anaknya mengenyam pendidikan yang berbasis Islam yang lebih dekat.
Dengan adanya MI Darusalam di Langen Sari ( Siranti ),dapat memanfaatkan potensi putra daerah yang sudah mengenyam pendidikan tinggi,sekaligus untuk memancing putra daerah agar mengerti akan pentingnya sebuah pendidikan.
Adapun mata pencaharian penduduk Siranti,ialah bercocok tanam menjadi seorang petani,tetapi karena tanah yang berbukit-bukit,sehingga para petani sangat kesulitan ketika musim kemarau dalam bercocok tanam.
Sembari menunggu padi menguning untuk siap panen,biasanya para penduduk Siranti,baik muda maupun tua pergi merantau untuk mencari penghasilan tambahan selain bertani.
Menurut wawancara kami dengan beberapa penduduk,penghasilan di kampung itu kurang mencukupi,sehingga dengan sedikit terpaksa mencari jalan keluar untuk merantau menjadi pekerja proyek/bangunan. Karena bekerja di bangunan itu lebih menjanjikan daripada hidup di kampung dengan bertani. Ujarnya,
Di sadari atau tidak, penduduk Siranti memiliki tradisi yang lumayan membuat kepala ini menjadi harus terus berfikir bagaimana caranya mendapat uang yang cepat.
Salah satu tradisi yang mendarah daging adalah saat salah seorang penduduk mengadakan khajatan,maka mereka berbondong-bondong menyumbang dengan begitu besar, ada yang sampai 10 juta hanya satu KK.
Selain itu, sumbangan seperti beras,jajanan toko dsb, secara otomatis harus memiliki uang yang banyak,disitulah yang menjadi salah satu faktor mengapa penduduk Siranti lebih suka menghabiskan waktunya di perantauan.
Jakarta,adalah sasaran pertama mereka mengadu nasib.
Sejak tahun 2004 lah putra daerah Siranti mulai sadar akan pentingnya pendidikan tingkat lanjutan pertama (SMP),dulu mereka hanya puas menikmati pendidikan dasar saja (SD).
Maklum, orang tua mereka lebih bangga kalau anaknya bekerja/merantau yang pulang membawa uang.
Karena mereka berpikir "Buat Apa Sekolah, Toh Endingnya Pegang Pacul,Menjadi Petani" . Itulah yang ada di benak pikiran penduduk Siranti.
Adapun aset yang di miliki oleh Desa Siranti,diantaranya ialah :
- MI Darussalam
- Madrasah Diniyah Darussalam
- PAUD Darussalam
- TK Darussalam
- Masjid Jami Sirojul Huda
- Mushola
- Majlis Ta'lim Sirojul Huda
Penulis : Al-Akhnan Nur Rusman
Pengirim : Al-Akhnan Nur Rusman
Posting Komentar
Posting Komentar